TUJUAN DARI PENGERINGAN KAYU
Pengeringan kayu ditujukan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu hingga mencapai kadar air (KA) yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu atau produk kayu akan ditempatkan tanpa menurunkan kualitasnya. Pengeringan penting dilakukan dalam kegiatan pengolahan kayu karena berpengaruh langsung terhadap performa produk akhir. Jika kayu basah langsung diolah menjadi produk, baik produk solid maupun komposit (termasuk produk laminasi), maka akan diperoleh berbagai kerugian. Bentuk dan ukuran produk akan berubah, sambungan menjadi longgar, terdapat celah, dan lain sebagainya. Pengeringan kayu secara langsung mempengaruhi kualitas pengerjaan, perekatan,pembentukan, sampai ke pengerjaan akhir (end-finished) kayu tersebut.
Oven listrik untuk pengeringan kayu |
- Kayu menjadi lebih ringan
Kandungan air dalam kayu yang baru ditebang sangat tinggi. Pada 1 m3 kayu
dengan BJ 0,50 maka berat dan KA kayu tersebut masing-masing adalah 1500
kg dan 200%. Bila kayu tersebut dikeringkan hingga KA nya mencapai 15%,
maka berat kayu tersebut hanya 575 kg per m3 . Terbukti bahwa
setelah dikeringkan kayu menjadi lebih ringan, sehingga memudahkan dalam
penanganan serta menghemat biaya transportasi dan muat bongkar.
- Bebas dari serangan jamur
dan bubuk kayu basah masalah serius terkait penyimpanan dan pengolahan
kayu basah di antaranya adalah rentan terserang jamur dan kumbang bubuk
basah atau kumbang ambrosia (pinhole
borer). Hal ini karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
kedua organisme perusak tersebut. Jamur biru (blue stain) umumnya mulai menyerang kayu tidak lama setelah
pohon ditebang. Walaupun serangan jamur tersebut tidak merusak kayu,
tetapi merusak penampilan karena menimbulkan noda berwarna biru kehitaman
pada permukaan kayu. Jamur yang merusak kayu karena serangannya adalah
jamur pelapuk karena menurunkan sifat mekanis kayu dengan cara
menghancurkan komponen penguat dinding sel (Badan Litbang Kehutanan 2013).
Jamur pelapuk yang lazim dikenal adalah jenis basidiomycetes yang
diklasifikasikan sebagai jamur putih (white
rot) dan jamur cokelat (brown
rot) berdasarkan komponen dinding sel yang diserang (Riley et al.
2014). Jamur putih menyerang lignin dan selulosa, sedangkan jamur cokelat
hanya menyerang selulosa. Daya tahan kayu terhadap serangan jamur
berbeda-beda bergantung pada jenis kayu, bagian kayu dalam batang, daerah
asalpengambilan kayu, dan jenis jamur (Suprapti & Djarwanto 2014).
Pada kondisi KA 35% jamur pelapuk sudah mulai menyerang dan suhu optimal
untuk pertumbuhannya sekitar 21–32 oC (Spray 2012).
- Dimensi kayu lebih stabil
Kayu akan menyusut atau mengembang mengikuti perubahan KA atau kelembapan
lingkungannya. Dimensi kayu akan stabil melalui pengeringan yang tepat
dengan tingkat kekeringan yang disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Oleh
karena itu, tingkat kekeringan setiap produk kayu penting diketahui untuk
meminimalkan kerusakan yang diakibatkan oleh penyusutan atau pengembangan
yang tidak terkendali. Tingkat kekeringan kayu berbeda untuk setiap tujuan
penggunaan kayu. Hal ini disesuaikan dengan nilai KA keseimbangan di
lokasi tersebut. Indonesia sebagai negara tropis dengan tingkat kelembapan
tinggi, KA keseimbangan pada lingkungan luar (outdoor) berkisar antara 10–17% (Coto 2005)
- Kekuatan kayu meningkat
Berkurangnya air dalam dinding sel di bawah KA titik jenuh serat
berpengaruh terhadap sifat-sifat kayu. Penggunaan suhu tinggi (≥ 100 oC)
akan menurunkan sifat higroskopis kayu. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya sifat higroskopis hemiselulosa atau selulosa amorf dalam
dinding sel yang terdegradasi karena panas tinggi, kemudian mengalami
penataan ulang (Sik et al. 2010). Namun, penggunaan suhu yang terlalu
tinggi (≥ 100 oC) dapat menurunkan kekuatan kayu. Blanchet,
Kaboorani, & Avilia (2016) mengkonfirmasikan bahwa sebenarnya
hemiselulosa sudah terdegradasi pada suhu pengeringan 82 oC,
kemudian diperparah dengan peningkatan suhu dalam waktu yang lama. Oleh
karena itu, pemilihan metode dan bagan pengeringan suatu jenis kayu perlu
mempertimbangkan kepekaan komponen dinding selnya, terutama hemiselulosa
terhadap suhu untuk meminimalkan penurunan sifat mekanis kayu.
- Bebas dari kerusakan atau
pecah Produk kayu yang diolah dalam kondisi basah akan mengalami
pengeringan yang tidak terkendali selama proses pengerjaan. Pada awal
pengeringan, bagian kayu sebelah luar akan mengering terlebih dahulu
sementara bagian dalamnya masih basah, sehingga terjadi tegangan
pengeringan (drying stress).
Jika tegangan tersebut melebihi kekuatan kayu maka kayu akan pecah
(Bergman 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Efrida, Karnita Yuniarti, Imam Wahyudi, and Rohmah
Pari. 2018. Teknologi Pengeringan Kayu.
Perkenalkan saya muzakir dari PT.BUNGONG JEUMPA INDONESIA bermaksud ingin menawarkan jasa customs clearance barang import dan undername import atau sewa bendera perusahaan kami,apabila perusahaan bapak/ibu membutuhkan jasa kami,kami bisa membantu untuk pengiriman nya dan pengurusan barang import,baik masuk melalui pelabuhan ataupun bandara terimakasih.
BalasHapusBest Regards,
Mr,Muzakir
Specialist Import
PT.BUNGONG JEUMPA INDONESIA
Inetrnational Freight Forwarder
Ruko Pasar Modern Harapan Indah No.R40 Lt 2 Rt.10 Rw.08 Kel.Pusaka Rakyat Kec.Tarumajaya Bekasi Jawa Barat. 17422
Telp : +621-8925-5910
Mobile : 0812-8464-4275
Email : muzakir.bji@gmail.com